Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tanjabtim Masih Kekurangan Air Bersih



Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.



Oleh karena itu, ketersediaan air dapat menurunkan water borne disease sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun sampai dengan tahun 2000, berdasarkan data Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, baru sekitar 19% penduduk Indonesia di mana 39% nya adalah penduduk perkotaan yang dapat menikmati air bersih dengan sistem perpipaan. Sedangkan di daerah perdesaan, berdasarkan data yang sama, hanya sekitar 5% penduduk desa yang menggunakan sistem perpipaan, 48% menggunakan sistem non-perpipaan, dan sisanya sebesar 47% penduduk desa menggunakan air yang bersumber dari sumur gali dan sumber air yang tidak terlindungi.

Di dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi keluarganya, penduduk menampung air hujan atau mengambil air langsung ke sumber air yang umumnya cukup jauh dari tempat tinggal si penduduk. Atau ada juga dari bagian masyarakat yang membuat sumur bor secara swadaya namun tidak bisa dimanfaatkan untuk dikomsimsi hanya dapat digunakan sebatas cuci mencuci, Ketika beberapa sumur dan sumber air mengering akibat musim kemarau, menyebabkan semakin sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan akan air bagi keluarganya.

Dalam hal Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan, terutama di kawasan perdesaan seperti wilayah pinggiran kota ataupun di kantong permukiman di pusat kota serta di kawasan yang benar-benar perdesaan, seperti kabupaten Tanjabtim yang notabene kabupaten pemekaran masih banyak kekurangan sarana untuk masyarakatnya utamanya prasarana dan sarana air bersih walau saat ini sudah ada niat baik dari pemerintah namun realisasinya masih menjadi tanda Tanya bagi masyarakat di mana cenderung tidak terlayani oleh sistem Pemerintah.

Ada beberapa daerah yang sampai saat ini masih mengalami kekurangan air bersih. Penyelidikan geolistrik tahanan jenis di Desa Simbur Naik, Kec. Muara Sabak, Kab. Tanjung Jabung Timur adalah untuk menentukan nilai tahanan jenis serta ketebalan suatu lapisan batuan, sehingga dapat diketahui lapisan mana yang dapat berfungsi sebagai akuifer.

Penyelidikan geolistrik tahanan jenis dalam pelaksanaannya dilapangan, konfigurasi elektroda yang digunakan adalah konfigurasi Schlumberger, dengan panjang bentangan maksimal 500 meter. Pengolahan data lapangan dilakukan dengan menggunakan program RESlNT53. Penggambaran peta kontur tahanan jenis semu, kontur ketebalan dan penampang dilakukan dengan menggunakan program RockWork99.

Hasil penyelidikan menunjukkan batuan yang terdapat dilokasi adalah sebagai berikut : lempung pasiran dengan air payau dengan nilai tahanan jenis 1 Ωm hingga 5.7 Ωm, lempung dengan nilai tahanan jenis 1 Ωm hingga 8.8 Ωm, Iempung pasiran dengan nilai tahanan jenis 3.1 Ωm hingga 9.9 Ωm, pasir lempungan dengan nilai tahanan jenis 10.2 Ωm hingga 21.1 Ωm, pasir kasar dengan nilai tahanan jenis 19.1 Ωm hingga 32.2 Ωm, pasir dengan nilai tahanan jenis 25.8 Ωm hingga 59.8 Ωm, tuff pasiran dengan nilai tahanan jenis 60.9 Ωm hingga 79.9 Ωm, lempung abu-abu dengan nilai tahanan jenis 62.3 Ωm hingga 70.2 Ωm dan batu gamping dengan nilai tahanan jenis 121.7 Ωm. Batuan yang diduga dapat berfungsi sebagai akuifer adalah pasir dan pasir kasar.

Secara singkat dapat dikatakan, air memegang peranan penting dalam tubuh sehingga perlu diperhatikan kebersihan dan higienitasnya. Mengabaikan peranan penting air, berarti menampung berbagai sumber penyakit dimasa mendatang. Persiapan dana yang besar untuk mengobatinya, hilangnya hari-hari bahagia bersama keluarga dan bahkan akibat paling buruk kehilangan mata pencaharian. Karena fisik tidak menunjang serta menjalani hidup lebih lama di tempat tidur karena sakit.

Mengingat hal tersebut, upaya untuk meningkatkan cakupan pelayanan air bersih di daerah-daerah perdesaan tidak dapat sepenuhnya diharapkan dari PDAM. Kemudian, penyediaan air bersih dianggap perlu dikembangkan pola kemitraan dengan pihak swasta, meskipun disadari hasilnya tidak dapat terjangkau oleh masyarakat, karena tarif air yang relatif tinggi. Di lain pihak, penyediaan air bersih yang dilakukan oleh pihak swasta pada umumnya bersifat tertutup sehingga masyarakat cenderung tidak memiliki peluang untuk dapat turut aktif di dalam setiap tahap pembangunan bidang air bersih.


0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Terima Kasih telah berkunjung & comentnya