Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

PERJUANGAN TUNAS MUDA



Kehidupan di muka bumi kembali bergejolak menyambut sebuah hari yang baru. Ayam jantan berkokok sahut-sahutan, burung-burung berkicau dengan riang nya, bunga-bunga telah mekar dan bersemi di malam sebelumnya dengan indah menanti sinar mentari sambil tersenyum.



Ketika fajar menampakkan diri di sisi timur kaki langit, maka seluruh Inilah lembaran baru dari suatu proses yang bernama kehidupan yang sifatnya sangat dinamis. Terkadang proses itu terasa sangat lamban mengalun sehingga kita dapat dengan khidmat menikmati setiap sisinya dan mengambil pelajaran dari setiap yang terserak bersamanya. Namun, adakalanya proses itu berjalan dengan sangat cepat bahkan lebih cepat dari bekerjanya alam kesadaran kita yang membuat kita terperangah, tidak percaya, tak dapat berbuat banyak bahkan terkadang sangat sulit untuk sekedar bisa mendekatinya.

Sebuah ilustrasi jiwa yang singgah ditepian hati, sarat dengan debu-debu kehidupan yang kian membatu. Tiada kata menyesal ketika awal suatu perbuatan itu digalakkan, melainkan selepas terjadinya. Debu yang membatu ternyata ekspresi dari sebuah perjuangan yang berakhir dengan keputus-asaan. Ia adalah dosa. Perjuangan anak manusia yang menggebu berlabuh di pantai kegagalan membisu. Setelah wasilah untuk merengkuh kegemilangan gagal dimiliki.

Tiap satu dari kita pasti mendambakan panorama terindah disaat mengarungi lautan kehidupan yang setiap sisinya dihiasi dengan warna-warni peradaban. Tidak sedikit yang bercita-cita menjulang setinggi langit, berhayal menyelam sedalam lautan. Ingin menjadi orang batuah dimata masyarakat, lebih-lebih lagi dimata keluarga tercinta. Namun, kita masih banyak yang belum memiliki bekal untuk menggapai itu semua. Dalam bahasa jambi disebutkan, “Ingin hati nak memeluk gunung apo dayo tangan dak nyampe”.

Bercita-cita tinggi bukanlah dosa, angan yang melangit bukanlah kebohongan, asalkan disertai dengan ‘azam yang kuat pula. Sebab bercita-cita saja tanpa tekad untuk mewujudkannya sama saja dengan bohong. Pepatah arab menyebutkan; kamu mengharapkan keberhasilan tapi kamu tidak menempuhi jalannya, sesungguhnya perahu tidakkan bisa melaju didaratan.

Azam adalah sebuah tekad bulat yang seakan-akan dapat mengalahkan halilintar yang menyambar menciutkan. Dengan pandangan lurus kedepan seolah-olah akan siap menghadapi onak-duri yang menghalang. Karenanya jika 'azam didada telah membatu, ia akan santai menghadapi hidup. Karena apapun yang akan terjadi ia telah sedia menghadapinya.

Tekad saja ternyata belum juga cukup. Untuk lebih teguhnya, suatu perjuangan yang dilandasi tekad yang jitu haruslah seiring sejalan dengan tuntunan Al-qura’an dan Al-hadits. Karena keduanya adalah landasan hidup kita yang terakurat.

Karenanya, dalam lingkup ini peranan pemuda sebagai penerus estafet perjuangan sangat diidamkan. Maju mundurnya suatu agama, bangsa dan negara terletak dikaki-tangan mereka. Seperti dalam sabda rasullullah Saw. ”Sesungguhnya ditangan para pemudalah letaknya suatu bangsa dan dikaki merekalah letak kehidupannya”.

Berbicara mengenai ‘pemuda’ tak ubahnya seperti kita mengobrolkan nasip agama dan bangsa untuk masa-masa mendatang. Sudah jelas semua itu adalah tanggung jawab darah muda yang masih belia, yang akan membawa masa depan umat ini, namun peran orang tua juga tidak boleh terlepas. Bahkan ia juga berperan menentukan bagaimana masa depan anaknya nanti.

Estafet perjuangan adalah regenerasi. Pepatah menyebutkan, “patah tumbuh hilang berganti”. Pergantian periode dalam sebuah organisasi misalnya, merupakan bukti konkrit akan adanya regenerasi. Karena, bagaimanapun estafet kepemimpinan haruslah berpindah dari tangan yang satu ketangan yang lain. Sebagai wujud daripada demokratisasi yang dicanangkan. Sebagaimana Islampun mengajarkannya secara tidak langsung oleh Rasulullah Saw.. Waktu itu rasulullah Saw. Tidak menunjukkan siapa yang bakal menjadi pemimpin ummat ketika beliau telah tiada nanti.. Sekarang jelaslah bagi kita bahwa pergantian sebuah kekuasaan itu adalah suatu yang lumrah terjadi, dan itu memang harus ada. Jika estafeta itu terhenti hingga disitu, maka suatu kedaulatanpun terhenti.

Nah, sekarang estafeta perjuangan ini ada dipundak para pemuda. Corak dan rupa bangsa ini dimasa-masa mendatang tampak dari peran para pemuda dimasa sekarang. Tergantung bagaimana ia mewarnai kehidupan pribadinya, ditengah panas dunia yang semakin membakar, maka begitulah wujud umat ini kedepan. Jika ia lalai dengan indahnya panorama dunia dengan rayuan gombalnya, maka tengoklah ala barat, akan menempati sudut-sudut kehidupan BANGSA ini, sehingga peran pemuda terhanyut dalam bujukan rayu mereka. Jika pemuda telah tenggelam, maka BANGSA akan ikut tenggelam.

Tentunya kita tidak mungkin menghalang lajunya rotasi dunia. Hingga saat ini kita telah dibawanya menengok alam yang sangat berbeda, sangat memuncak fluralitasnya. Kaula muda kita seakan berada diantara dua pilihan; berbuat sesuatu namun melenakan, dengan tidak berbuat akan tetapi celaka.

Demikian Pemuda adalah anak manusia, Yang bermakna, bahwa betapapun kehidupan itu, ia pasti berakhir jua. Seperti halnya jabang bayi yang kemudian besar, terus dan terus hinggalah pada akhirnya ia disebut sebagai kakek-kakek dan nenek-nenek.. Karena itu ia harus tetap tegar dan gigih menghadapi romantika zamannnya. Ia tidak boleh lena dengan apa yang semakin melenakan. Itulah pengemban estafet seutuhnya.

Memang, untuk kearah kegemilangan tidak segampang yang dibayangkan. Butuh perjuangan. Sebaik-baik persiapan adalah Imtak dan Iptek. Jika tidak demikian, maka generasi-generasi buta pengetahuan akan memimpin BANGSA, yang pada akhirnya akan menjerumuskan. Sehingga majulah para pemimpin yang sok memahami eutuhnya, sementara ia tidak sadar kekeliruan lah yang tengah ia peragakan.

Urgennya sebuah perjuangan haruslah dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan yang terpancang teguh dihati para tunas muda . Dengan demikian estafeta perjuangan kedepan dapat berhasil gemilang mengibarkan bendera kemenangan, sehingga kedepan dapat berjaya diatas peradaban dan paradigma luar yang tidak kita inginkan ia kembali merasuki tekad para TUNAS MUDA.

Pada akhirnya semoga mereka dapat menerima dengan lapang dada dan mempermudah semua prosesnya. Karena ku yakin sejatinya mereka enggak rugi apapun juga untuk melakukan itu semua. Barangkali mereka hanya perlu di bimbing untuk menaklukkan ego mereka dan mendengarkan suara nurani itu saja. Karena kalau mau jujur, semua harus berjuang dengan sangat luar biasa dengan segala suka dukanya dengan kompensasi yang sekedarnya. Sungguh, suka duka itu tidak akan pernah habis jika diceritakan disini. Dan Aku yakin itu semua lebih dari cukup untuk membayar penalty atau apapun istilah yang mereka pakai untuk menjerat kita-kita rakyat jelata yang sedang berusaha melakukan yang terbaik untuk hidup ini. Semoga saja.

0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Terima Kasih telah berkunjung & comentnya